Warga Muratara Lakukan Tradisi Bekasai untuk Menyambut Ramadhan
MURATARA, oganilir.co - Satu hari jelang puasa Ramadhan sejumlah warga diwilayah Kabupaten Muratara, sering habiskan waktu bersama keluarga dengan ritual 'bekasai' (belangir, mandi limau, red) atau mandi bersama ke sejumlah aliran sungai. Warga mengaku, sengaja meluangkan waktu untuk mandi bersama untuk mensucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Bekasai, bekasai limau, belangir, mandi limau istilah lokal di wilayah aliran sungai Musi dan Rawas masih menjadi hal rutin yang sering dilakukan warga, khususnya etnis melayu.
Warga mengaku, tradisi itu sudah lintas generasi dan turun temurun dilakukan serta menjadi kebiasaan khususnya bagi masyarakat yang tinggal disepanjang aliran sungai Musi dan Rawas.
BACA JUGA:Awal Puasa Beda, Menag Himbau Jaga Toleransi
Bekasai, sering kali dilakukan warga menjelang Ramadhan. Jika dulunya ada ritual khusus bekasai dengan mandi kembang setaman dan perasan air jeruk dan minyak wangi untuk keramas. Namun saat ini sudah diganti dengan cara moderen sabun dan sampo.
Mandi bekasai limau atau belangir limau juga sering dilakukan warga untuk tolak balak dan menyembuhkan badan dari aura negatif. Warga mempercayai jika bekasai atau belangir limau, banyak membawa manfaat dan bisa membersihkan tubuh dari guna guna atau santet.
Yadi warga Kecamatan Rupit, Kabupaten Muratara, provonsi Sumsel saat dibincangi Jumat 8 Maret 2024 menuturkan, setiap menjelang Ramadhan. Banyak anak muda asal Muratara yang pulang dari rantauan. Satu hari jelang Ramadhan biasanya warga menggunakan perahu ke ulu aliran sungai untuk mandi bersama.
Namun bagi warga sekitar aliran sungai Rupit dan Rawas, biasanya mereka mandi dialiran Sungai yang dekat dengan permukiman mereka. "Kalau dulu masih pakai kembang, air perasan jeruk untuk bekasai /belangir. Tapi sekarang sudah diganti pakai sabun samo sampo, yang penting mandi niatnyo bersih bersih badan," ucapnya.
BACA JUGA:Tips Puasa Sehat, Makan Sahur dan Buka Jangan Berlebihan
Dia mengatakan, bekasai dilakukan untuk menyucikan diri sebelum menyambut Ramadhan. Suci dari hadas kecil maupun hadas besar. "Samo cak mandi wajib syaratnyo basah air seluruh badan, kalau di sungai tinggal nyebur," ucapnya.
Susunan acara bekasai biasanya tidak terlalu formal, warga biasanya menghabiskan waktu bersama keluarga di alam terbuka yang tidak jauh dari permukiman dan aliran sungi. Seperti napal, tepian sungai dan di hulu aliran sungai, sambil membawa sejumlah peralatan memasak dan diakhiri dengan acara makan bersama.
"Dulu banyak anak anak kito dari dusun pulang dari rantau sebelum puaso. Jadi untuk ngumpulke keluargo, sehari sebelum puaso, kito nyari sungai untuk mandi terakhir ditutup acara makan makan bersama," timpalnya.
BACA JUGA:Pasar Ramadhan Ogan Ilir Kembali Hadir Melayani Warga di Bulan Puasa.
Menurutnya, acara bekasai/belangir di uluan Musi bisa dilakukan masing masing individu dan tidak terlalu formal seperti yang dilakukan di sejumlah daerah melayu lainya. Sementara itu, Marlinda Sari kepala Dinas Wisata Kabupaten Muratara. Menuturkan, pemerintah sangat megsuport penuh pelestarian tradisi lokal di Muratara.