SURABAYA, OGANILIR.CO - Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto menjelaskan, Solstis disebabkan oleh sumbu rotasi Bumi yang miring 23,44 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika atau sumbu kutub utara-selatan ekliptika.
BMKG Kelas I Juanda Sidoarjo menanggapi beredarnya imbauan tidak keluar rumah pada 21 Desember 2022 karena adanya Fenomena Solstis.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto meminta kepada masyarakat supaya tetap tenang dan jangan khawatir. Dia menyebut Solstis sebenarnya hanyalah fenomena astronomis biasa.
"Secara khusus, Solstis dapat didefinisikan sebagai peristiwa ketika matahari berada di paling utara maupun selatan," ujar Teguh, Senin, 19 Desember 2022.
Ketika mengalami gerak semu tahunannya relatif terhadap ekuator langit perpanjangan atau proyeksi khatulistiwa bumi pada bola langit.
"Solstis terjadi dua kali setahun, yakni di Juni dan Desember,” katanya.
Sementara itu, bumi berotasi juga sekaligus mengorbit matahari sehingga terkadang kutub utara dan belahan bumi utara condong ke matahari, sementara kutub selatan dan belahan bumi selatan menjauhi matahari.
Inilah kondisi saat Solstis di Juni,atau disebut juga Solstis Juni,” tutur Teguh.
Menurutnya, penyebutan tersebut terdengar lebih netral karena tidak bergantung pada musim tertentu. Sebaliknya, terkadang kutub selatan dan belahan bumi selatan condong ke matahari, sementara kutub utara dan belahan bumi utara menjauhi matahari.
Inilah kondisi saat Solstis di Desember atau disebut juga Solstis Desember. Dia menjelaskan Solstis berdampak pada gerak semu harian matahari ketika terbit, berkulminasi dan terbenam, intensitas radiasi matahari yang diterima permukaan Bumi.
Selain itu, fenomena itu juga berdampak pada panjang siang dan panjang malam serta pergantian musim.
Teguh menegaskan dampak Solstis yang dirasakan oleh manusia tentu tidak seekstrim yang dipikirkan masyarakat.