Situs Yicai melaporkan bahwa biro-biro perjalanan di China saat ini menyesuaikan paket wisata mereka ke Jepang. Mereka mengikuti kebijakan refund dan penjadwalan ulang yang baru saja dikeluarkan sejumlah maskapai.
Travel warning dari pemerintah China itu memang sangat berdampak. Sebab, saat ini mendekati periode libur tahun baru yang boleh dibilang menjadi salah satu musim puncak perjalanan.
Jepang telah menjadi salah satu tujuan utama liburan wisatawan China, karena durasi perjalanannya fleksibel dan biaya serta objek wisatanya sesuai dengan preferensi dan anggaran wisatawan.
Banyak turis China telah melakukan pemesanan. Namun, mengingat adanya imbauan perjalanan itu, beberapa wisatawan kemungkinan akan membatalkan atau mengubah rencana mereka demi alasan keamanan.
BACA JUGA:Usia Kepala Tujuh, Kak Seto Taklukkan Gunung Prau
Xu Xiaolei, manajer pemasaran di CYTS Tours Holding Co, mengatakan kepada Global Times pada hari Minggu (16/11), bahwa rencana perjalanan ke Jepang telah bergeser.
"Sebagian besar pertanyaan yang kami terima saat ini adalah tentang apakah masih aman untuk bepergian ke Jepang dan cukup banyak wisatawan yang menanyakan tentang pengembalian uang atau pembatalan. Secara keseluruhan, antusiasme untuk bepergian ke Jepang telah menurun tajam," kata Xu.
Japan National Tourism Organization (JNTO) menyatakan terdapat 7,48 juta wisatawan dari China antara Januari dan September 2025. NHK melaporkan bahwa angka tersebut merupakan yang tertinggi di antara negara dan wilayah mana pun. (detik.com/dri)