Piala Sudirman Jadi Agenda BWF, Siapa Sudirman? ini Kiprahnya di Dunia Bulutangkis

Trofi Piala Sudirman. Foto: BWF--
XIAMEN, oganilir.co - Seluruh mata penghobi bulutangkis dunia saat ini tertuju pada Piala Sudirman 2025 yang digelar di Xiamen, China 27 April-4 Mei 2025. Piaa Sudirman 2025 ini merupakan edisi ke-19 dari ajang yang digelar setiap dua tahun itu.
Piala Sudirman dikenal sebagai turnamen BWF beregu campuran, yang mempertandingkan lima match di setiap pertandingan, yakni nomor tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Sudirman Cup edisi pertama digelar di Jakarta, Indonesia pada 1989.
Indonesia menjadi juara setelah mengalahkan Korea di final dengan skor 3-2. Pada 17 edisi berikutnya, Indonesia tak pernah lagi juara. Entah itu bisa diperbaiki pada edisi ke-19 ini.
Lalu, siapa Sudirman yang namanya diabadikan pada ajang ini? Dick Sudirman! Pria kelahiran Pematang Siantar, 22 April 1922.
BACA JUGA:Piala Sudirman 2025 - Indonesia Hadapi India, Eng Hian Petakan Kekuatan Lawan
Dia adalah salah satu pendiri PBSI. Dick dihormati di dunia bulutangkis. Kontribusinya terhadap bulutangkis dunia sangat besar. Dia paling dikenang karena perannya yang sangat penting dalam membantu penyatuan badan pengatur bulutangkis dunia tersebut.
"Pada Februari 1978, sebuah kelompok sempalan dari IBF, yang disebut Federasi Bulu Tangkis Dunia, dibentuk, dan untuk sementara waktu, dua sirkuit berjalan secara paralel. Aspirasi Olimpiade bulutangkis terancam, tetapi upaya rekonsiliasi menemui sejumlah hambatan," bunyi ulasan di laman BWF.
Dick Sudirman punya teman-teman di kedua badan dunia dan memprakarsai pertemuan informal di Bandung antara para pemimpin kedua federasi pada 28 Mei 1979.
BACA JUGA:Awali Laga Perdana Piala Sudirman 2025, Indonesia Gulung Inggris 5-0
Dia mengusulkan pembentukan kelompok studi kerja yang terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka dari kedua federasi untuk menemukan jalan keluar dari kebuntuan. Ia juga mengusulkan pertandingan persahabatan antara pemain dari kedua federasi.
Usulannya diterima dan menjadi dasar bagi upaya rekonsiliasi. Tepat dua tahun kemudian, pada 28 Mei 1981, kedua badan dunia itu bersatu. Setelah Dick Sudirman meninggal dunia (karena stroke) pada 10 Juni 1986, sahabat lamanya dan wakil presiden PBSI Suharso Suhandinata menulis surat kepada Presiden IBF Arthur Jones untuk mengenang kontribusi Sudirman bagi bulutangkis.
Suhandinata mengusulkan agar sesuatu yang konkret dimulai untuk mengenang Sudirman, dan bertanya apakah IBF akan mempertimbangkan usulan Indonesia untuk menyelenggarakan kompetisi atas namanya.
BACA JUGA:Tiba di Xiamen, Tim Piala Sudirman 2025 Indonesia Langsung Jajal Lapangan
Ide tersebut diajukan untuk dibahas dalam rapat Dewan IBF oleh Arthur Jones pada tahun 1986. Pada tahun 1988, IBF yakin akan kemungkinan untuk menyelenggarakan Kejuaraan Beregu Campuran Dunia dan menerima tawaran Indonesia untuk trofi tersebut.
Sumber: