Konklaf Alot, Asap Hitam Membumbung dari Cerobong Asap Kapel Sistina

Konklaf Alot, Asap Hitam Membumbung dari Cerobong Asap Kapel Sistina

Asap hitam membumbung dari cerobong Kapel Sistina menandakan pemilihan Paus baru berjalan alot. Foto: Tiziani Fabi--

Senada, Ernesti juga berpandangan bahwa terlalu banyak kandidat yang memenuhi syarat untuk jabatan tersebut.

Selain itu, 133 kardinal kandidat sekaligus pemilih juga berasal dari latar negara dan budaya yang berbeda-beda, tidak lagi didominasi Eropa, sehingga hasil keputusan konklaf menjadi sulit.

BACA JUGA:Hari ini Para Kardinal Lakukan Pertemuan Pasca-Meninggalnya Paus Fransiskus

Para kandidat juga berasal dari beragam kubu, misalnya konservatif, pro-Fransiskus, atau reformis.

Ernesti menambahkan, konklaf menjadi proses para kardinal saling mengenal dan bersifat ritualistik, bukan seperti pertukaran parlementer dalam politik.

Selain itu, pengganti Paus sulit ditebak karena sedikitnya pernyataan publik yang dibuat pihak Vatikan karena konklaf bersifat tertutup.

Diketahui, Uskup Agung Luksemburg, Jean-Claude Hollerich (66) dan Luis Antonio Tagle (67) kelahiran Filipina, sebelumnya pernah tampil di media pada hari-hari setelah Paus Fransiskus meninggal.

BACA JUGA:Paus Fransiskus Meninggal, ini 6 Fakta Unik di Vatikan

Namun, kedua tokoh yang memegang posisi penting di salah satu lembaga di Vatikan itu tidak lagi bersuara. Dengan begitu, masyarakat luar tidak dapat melihat dengan jelas apa yang sedang diperhitungkan di balik layar.

Ernesti menyebutkan, sulitnya memprediksi pengganti Paus karena munculnya tokoh-tokoh kardinal senior yang menambah variabel baru dalam dinamika konklaf.

Diketahui bahwa Kardinal Juan Luis Cipriani (81) hadir dalam aula pertemuan pra-konklaf setelah menjalani hukuman atas tuduhan pelecehan seksual pada 2019. Selain itu, Kardinal Roger Mahony (88) juga tampak hadir dalam pelayatan Paus Fransiskus.

 

Sumber: