Dalam kasus kerusuhan Kanjuruhan ini, polisi menembakkan gas air mata dengan maksud membubarkan suporter Arema yang masuk ke lapangan usai laga Arema vs Persebaya.
Gas air mata ini membuat penonton panik seketika dan merasa sesak nafas dan berupaya keluar dari tribun.
BACA JUGA:Kabar Duka Disampaikan Gading Marten, Ibunda Tersayang Pergi untuk Selamanya
Akhirnya, suporter berdesak-desakan untuk menyelamatkan diri mencoba keluar dari tribun.
Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta mengungkap penyebab para korban meninggal dunia. Menurutnya, tragedi maut itu terjadi karena penumpukan massa.
“Terjadi penumpukan di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas kekurangan oksigen,” kata Nico di Polres Malang Minggu dinihari, 2 Oktober 2022.
Kapolda Jatim juga mengatakan, penggunaan gas air mata saat Arema FC vs Perseya terpaksa dilakukan.
BACA JUGA:Korban Tragedi Kanjuruhan Jadi 182 Orang Meninggal Dunia, Arema FC Terus Verifikasi Data Korban
“Karena sudah anarkis dan menyerang petugas,” jelasnya soal tragedi Kanjuruhan Malang yang berujung jadi catatan sejarah terburuk sepakbola Indonesia dan dunia. (*)