Mi Instan Susah Dicerna? ini Penjelasannya Secara Ilmiah

Mi Instan Susah Dicerna? ini Penjelasannya Secara Ilmiah

Ilustrasi. Foto: Getty Images--

Durasi ini bisa berbeda-beda tergantung jenis makanan, kandungan serat, asupan cairan, aktivitas fisik, serta kondisi kesehatan pencernaan masing-masing individu.

BACA JUGA:Inilah 4 Manfaat dari Minum Air Lemon untuk Kesehatan Tubuh

Secara ilmiah, komposisi makanan dan pola makan secara keseluruhan sangat memengaruhi waktu pencernaan. Makanan yang kaya serat seperti sayur, buah, dan biji-bijian cenderung mempercepat transit usus dan memperlancar buang air besar karena serat meningkatkan volume tinja dan mempercepat pergerakan melalui saluran cerna, terutama pada individu dengan waktu transit yang lebih lambat sebelumnya. Sebaliknya, makanan tinggi lemak dan rendah serat dapat memperlambat pengosongan lambung dan seluruh proses pencernaan.

Mi Instan sebagai Produk Ultra Processed Food (UPF)

Dalam klasifikasi NOVA, mi instan termasuk ultra-processed food (UPF), yakni makanan yang diproduksi melalui berbagai tahapan pengolahan dan mengandung beragam bahan tambahan, seperti perisa buatan, penguat rasa, pengawet, dan pewarna. Jenis makanan ini dirancang agar praktis, tahan lama, dan memiliki cita rasa kuat, namun cenderung rendah serat serta mikronutrien alami yang dibutuhkan tubuh.

BACA JUGA:Simak! Inilah Manfaat Minum Jus Jeruk Setiap Hari untuk Kesehatan Tubuh

Karena karakteristik tersebut, mi instan kerap diasosiasikan dengan pencernaan yang terasa lebih lambat. Meski demikian, secara medis mi instan tetap dapat dicerna tubuh dalam hitungan jam. Sensasi begah atau perut terasa penuh setelah mengonsumsinya lebih berkaitan dengan kandungan lemak yang dapat memperlambat pengosongan lambung, sehingga makanan bertahan lebih lama sebelum masuk ke usus halus.

Fenomena serupa juga kerap dialami setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak lainnya, seperti gorengan, makanan bersantan kental, atau fast food. Pada jenis makanan tersebut, keluhan seperti cepat begah atau perut terasa penuh juga sering muncul, terutama jika dikonsumsi dalam porsi besar.

Dalam konteks mi instan, kandungan lemak tidak hanya berasal dari proses penggorengan mi saat produksi, tetapi juga dari minyak dalam bumbu instan. Meski demikian, jumlah lemak dalam satu porsi mi instan umumnya tidak jauh beda dengan porsi gorengan atau makanan cepat saji lainnya. Artinya, rasa begah yang muncul lebih dipengaruhi oleh kombinasi lemak, rendahnya serat, dan pola konsumsi, bukan karena mi instan tidak tercerna atau "menempel" dalam tubuh.

BACA JUGA:Makan Buah Sebelum Makan, ini Manfaatnya Bagi Kesehatan

Jadi, Apakah Mi Instan Aman di Pencernaan?

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa konsumsi ultra-processed food (UPF) secara berlebihan berkaitan dengan meningkatnya risiko gangguan pencernaan, obesitas, diabetes tipe 2, hingga penyakit kardiovaskular. Risiko ini lebih dipengaruhi oleh pola dan frekuensi konsumsi jangka panjang, bukan dari konsumsi sesekali.

Karenanya, mi instan tetap aman dikonsumsi oleh individu sehat asal dengan lebih bijak. Menambahkan sayuran dan sumber protein, mengurangi penggunaan bumbu instan, mencukupi asupan air putih, serta membatasi frekuensi konsumsi dapat membantu menekan dampaknya terhadap kesehatan pencernaan. (detik.com/dri)

Sumber: