BI Sosialisasi ke Unsri, Tawarkan Beasiswa, ini Syaratnya

BI Sosialisasi ke Unsri, Tawarkan Beasiswa, ini Syaratnya

Sosialisasi beasiswa Bank Indonesia di Unsri, Selasa 30 Januari 2024. foto: humas unsri--

BI Sosialisasi ke Unsri, Tawarkan Beasiswa, ini Syaratnya

INDRALAYA, oganilir.co - Universitas Sriwijaya (Unsri) menerima tamu istimewa, Selasa 30 Januari 2024. Bank Indonesia Cabang Daerah Sumsel melakukan sosialisasi beasiswa dan recruitment anggota komunitas Generasi Baru Indonesia (GenBI) untuk mahasiswa Unsri.

Sosialisasi dihadiri puluhan mahasiswa dan mahasiswi ini dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Iwan Stia Budi SKM M Kes di Lt 2 Rektorat Unsri kampus Indralaya.

Berbagai hal yang dijelaskan dalam sosialisasi itu antara lain tentang beasiswa BI; Pengenalan komunitas GenBi; Sosialisasi cinta, bangga, paham rupiah; dan Sosialisasi Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS).

BACA JUGA:Zefianto Terpilih Mahasiswa Berprestasi Unsri 2024

Dalam paparannya, Asisten Manajer Unit Kehumasan Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indosesia Sumsel Fany Wresti Buana Putri menjelaskan bahwa mahasiswa yang bisa mengajukan beasiswa salah satu syaratnya minimal sudah menempuh 40 SKS atau tiga semester dengan IPK minimal 2,5 dalam skala 4.

Ketua Umum GenBi Unsri, Fahmi Fauzan dalam paparannya menjelaskan bahwa GenBi merupakan komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan kepekaan sosial masyarakat serta menumbuhkan semangat dan jiwa kepemimpinan. Komunitas GenBi dibimbing untuk memberikan manfaat energi untuk negeri dengan melakukan kegiatan yang melibatkan masyarakat. 

Ada empat Divisi dalam GenBi antara lain Bidang Lingkungan Hidup, devisi Bidang Pengabdian Masyarakat, Divisi Bidang Pendidikan, dan Divisi Bidang Kewirausahaan.

BACA JUGA:Audiensi dengan Mahasiswa PascaSarjana Unsri, Pj Bupati Muba Berikan Wejangan

Sementara  sosialisasi tentang cinta, bangga, dan paham rupiah, Wibowo Adi Prakoso salah satunya menjelaskan tentang fungsi uang Rupiah yang berkaitan dengan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indoneia. Ia mencontohkan dengan kasus terjadinya sengketa pulau Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dengan Malaysia hanya karena masyarakatnya tidak menggunakan uang Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah, masyarakat di sana menggunakan uang Ringgit Malaysia sebagai pembayaran. (ril)

Sumber: