Erlina Burhan Dikukuhkan Jadi Guru Besar FKUI, Pengukuhan Dihadiri Menkes Hingga Anies Baswedan

Erlina Burhan Dikukuhkan Jadi Guru Besar FKUI, Pengukuhan Dihadiri Menkes Hingga Anies Baswedan

Prof Dr dr Erlina Burhan SpP (K) MSc.--

Erlina Burhan Dikukuhkan Jadi Guru Besar FKUI, Pengukuhan Dihadiri Menkes Hingga Anies Baswedan

JAKARTA, oganilir.co - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menambah guru besarnya. Kali ini Prof Dr dr Erlina Burhan SpP (K) MSc dikukuhkan sebagai guru besar FKUI. Pengukuhan Erlina Burhan digelar di Gedung IMERI FKUI, Sabtu 17 Februari 2024. 

Menariknya, pengukuhan dihadiri beberapa tokoh nasional. Seperti Menteri Kesehatan Republik Indonesia (RI) Ir Budi Gunadi Sadikin CHFC CLU, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI Periode 2019–2024 Prof Dr H Mohammad Mahfud MD SH SU MIP, dan Gubernur DKI Jakarta Periode 2017–2022 H Anies Rasyid Baswedan SE MP PhD

Prof Dr dr Erlina Burhan SpP(K) MSc dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI).

BACA JUGA:FK Unsri Tambah Guru Besar, ini Profilnya

Dalam pidatonya yang berjudul “Orkestrasi Menuju Eliminasi Tuberkulosis di Indonesia pada Tahun 2030”, Prof. Erlina menyoroti kasus Tuberkulosis (TB) di Indonesia yang mengalami pola peningkatan dari tahun ke tahun. TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan data yang dirilis oleh WHO Global TB Report, ada 834.000 insiden (kasus baru) di Indonesia pada 2010 yang meningkat menjadi 842.000 di tahun 2019 dan puncaknya mencapai 1.060.000 kasus pada 2022.

“WHO Global TB Report 2023 juga merilis bahwa pada tahun 2022, angka mortalitas pasien TB tanpa HIV dan TB dengan HIV di Indonesia secara berturut-turut sebanyak 134.000 dan 6.700 kasus. Apabila dijumlahkan, total pasien TB yang meninggal selama setahun sebanyak 140.700, yang artinya, terdapat 385 pasien meninggal setiap harinya atau 16 orang meninggal setiap jamnya karena TB,” kata Erlina Burhan.

Permasalahan TB bertambah karena belum optimalnya temuan kasus, sehingga menjadi sumber penularan di masyarakat, serta rendahnya kepatuhan pasien TB dalam pengobatan yang menyebabkan meningkatnya risiko TB resisten obat. Selain itu, di bidang sosio-ekonomi, pasien TB menghadapi stigma, diskriminasi, hingga kehilangan kesempatan untuk belajar, bekerja, dan bermasyarakat. Secara global, sekitar 50 persen pasien TB dan keluarganya menghadapi pengeluaran total melebihi pendapatannya hingga lebih dari 20 persen, yang terdiri dari pengeluaran biaya medis langsung, biaya non medis, dan biaya tidak langsung seperti kerugian pendapatan.

BACA JUGA:Luar Biasa, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kukuhkan 16 Guru Besar Perempuan di Hari Ibu

Untuk mengakhiri epidemi TB pada 2030 dan menekan kasus TB kurang dari 1 kasus per 1 juta penduduk pada 2050, Indonesia menjalankan upaya eliminasi TB yang selaras dengan program End TB Strategy yang diinisiasi oleh WHO. Tiga pilar utama dalam program tersebut mencakup pelayanan dan pencegahan TB yang terintegrasi dan berpusat pada pasien; kebijakan dan komitmen politik dalam sektor kesehatan untuk eliminasi TB di Indonesia; serta penelitian dan inovasi dalam menyikapi tantangan terkait TB di Indonesia.

End TB Agenda menargetkan penurunan angka kematian TB sebanyak 90 persen, penurunan kasus TB sebanyak 80 persen, serta peniadaan beban biaya yang ditanggung oleh pasien TB dan keluarga pada 2030.

Prof. Erlina berpendapat bahwa target ini tidak akan tercapai jika masyarakat masih bersikap “business as usual”. Untuk itu, ia mendorong agar seluruh pihak mampu mengoptimalkan apa yang ada sambil mendorong segala inovasi pada diagnosis dan skrining TB, termasuk penerapan kecerdasan buatan, pencegahan, pengobatan dan penerapan paduan pengobatan baru, serta vaksin baru pengganti Bacille Calmette-Guerin (BCG).

BACA JUGA:Unsri Tambah 2 Guru Besar, ini Namanya

Dia menyebut bahwa dalam upaya eliminasi, pemerintah dan masyarakat dapat belajar dari keberhasilan penanganan Covid-19 di Indonesia. “Saya sangat iri dengan (penanganan) Covid. Pada saat pandemi Covid, semua orang berbicara tentang itu. Media massa mengulas tentang itu dan edukasi ada di mana-mana, mulai dari siang-malam, (yang disampaikan) orang medis dan orang awam, sehingga masyarakat tersadarkan. Jika ini kita lakukan untuk TB, saya yakin TB juga bisa dieliminasi,” jelasnya.

Sumber: