Simak! Ini 8 Penyebab Susah BAB yang Perlu Diwaspadai

Simak! Ini 8 Penyebab Susah BAB yang Perlu Diwaspadai--
oganilir.co - Sulit buang air besar (BAB) atau sembelit kerap dianggap sepele. Namun kenyataannya, sembelit bisa jadi sinyal munculnya masalah dalam tubuh.
Faktanya, ada beberapa penyebab sulit BAB yang perlu diketahui. Beberapa di antaranya sulit diwaspadai.
Idealnya, frekuensi buang air besar yang 'normal' berkisar antara dua kali dalam sehari hingga tiga kali dalam seminggu. Namun, kenyataan kadang terlepas dari kata ideal.
Banyak faktor yang bisa memengaruhi seberapa sering Anda buang air besar, mulai dari pola makan, gaya hidup, hingga perubahan hormon.
Penyebab sulit BAB
Jangan diam saja saat tidak bisa BAB berhari-hari. Bisa jadi ada penyebab yang mendasarinya. Berikut beberapa penyebab sulit BAB yang paling umum, melansir Eating Well.
1. Pola makan rendah serat dan cairan
Apa yang Anda makan sangat menentukan aktivitas usus. Makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian membantu melunakkan feses dan memperlancar perjalanannya melalui usus besar.
Sebaliknya, pola makan rendah serat, terutama yang tinggi makanan olahan sering kali menjadi biang keladi sembelit.
Tak hanya itu, kurang minum air juga memperburuk kondisi. Ketika tubuh mengalami dehidrasi, usus besar akan menyerap lebih banyak air dari sisa makanan, menjadikan feses lebih keras dan sulit dikeluarkan.
2. Kurang bergerak
Aktivitas fisik bukan hanya penting untuk kesehatan jantung, tapi juga untuk pergerakan usus. Saat Anda aktif bergerak, terutama melakukan olahraga kardio seperti jalan cepat atau bersepeda, otot-otot di usus juga akan ikut terstimulasi untuk bekerja.
Sebaliknya, terlalu banyak duduk atau tidak aktif bisa memperlambat pergerakan usus dan membuat feses menumpuk.
Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa melemahkan otot-otot yang bertugas mengatur buang air besar.
3. Perjalanan atau perubahan rutinitas
Pernah mengalami susah buang air besar saat bepergian? Anda tidak sendirian.
Perubahan zona waktu, pola makan yang berbeda, stres karena perjalanan, dan kurangnya aktivitas fisik selama di perjalanan dapat mengganggu ritme alami tubuh.
Tubuh memiliki jam biologis yang memengaruhi banyak fungsi, termasuk waktu buang air besar. Ketika jam ini terganggu, prosesnya pun ikut terhambat.
4. Stres dan kondisi emosional
Hubungan antara otak dan usus begitu erat hingga kerap disebut sebagai gut-brain axis. Saat Anda stres atau cemas, tubuh melepaskan hormon seperti kortisol dan adrenalin yang bisa mengganggu pergerakan usus.
Beberapa orang mungkin mengalami diare saat stres, sementara yang lain justru mengalami sembelit. Semua tergantung pada respons tubuh masing-masing terhadap tekanan emosional.
5. Kondisi medis tertentu
Beberapa penyakit kronis dapat berdampak langsung pada kebiasaan buang air besar. Penyakit radang usus (seperti Crohn dan kolitis ulseratif), sindrom iritasi usus besar (IBS), penyakit Celiac, diabetes, hipotiroidisme, hingga gangguan saraf seperti Parkinson atau multiple sclerosis, semuanya dapat memicu perubahan pola buang air besar.
Jika Anda merasa masalah BAB disertai gejala lain seperti sakit perut kronis, penurunan berat badan drastis, atau darah pada feses, segera konsultasikan ke dokter.
6. Efek samping obat
Obat-obatan tertentu, termasuk antidepresan dan obat penghilang nyeri berbasis opioid, dapat memperlambat gerakan usus. Bahkan, konsumsi obat pencahar dalam jangka panjang bisa membuat usus 'malas' dan kehilangan kemampuan alaminya untuk bekerja tanpa bantuan.
Jika Anda merasa perubahan kebiasaan BAB berkaitan dengan obat yang dikonsumsi, bicarakan dengan tenaga medis untuk solusi terbaik.
7. Kehamilan
Banyak wanita mengalami konstipasi selama kehamilan. Penyebabnya bukan hanya ukuran janin yang menekan rektum, tapi juga perubahan hormonal, terutama peningkatan hormon progesteron yang membuat otot-otot saluran cerna lebih rileks dan memperlambat pergerakan usus.
8. Penuaan
Seiring bertambahnya usia, sistem pencernaan cenderung melambat. Aktivitas fisik yang menurun, melemahnya otot-otot usus, dan penurunan sensitivitas saraf dalam rektum dapat mempersulit proses buang air besar.
Karena itu, lansia cenderung lebih rentan mengalami konstipasi, terutama jika mengonsumsi banyak obat.
Demikian beberapa penyebab sulit BAB yang perlu diketahui. Konsultasikan ke dokter jika sulit BAB dibarengi dengan gejala lain.
Sumber: