Aremania Pasutri Dimakamkan Satu Liang Lahat, Si Istri Baru Pertama Kali Nonton Langsung Arema

Aremania Pasutri Dimakamkan Satu Liang Lahat, Si Istri Baru Pertama Kali Nonton Langsung Arema

Aremania pasangan suami istri Yulianton dan Devi Ratna S korban tragedi Kanjuruhan Malang dimakamkan satu liang lahat. foto: antara/oganilir.co.--

BACA JUGA:Manchester United Sangat Berduka: 'Kami Mengirimkan Doa Tulus untuk Korban insiden di Malang, Indonesia'

Datang langsung dari Malang. Raungan sirine ambulans yang membawa jenazah korban pun memecah keheningan kampung di pesisir laut itu. Isak tangis dari keluarga pun tak terbendung.

‘’Betul almarhumah itu alumnus dari pesantren kami. Kami turut mengucapkan duka cita mendalam," kata KH Nasfisul Athok, pengasuh Ponpes Mambaul Ikhsan, Minggu (2/10) malam.

"Semoga almarhumah husnul khatimah, mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran,’’ tambahnya.

Almarhumah telah dimakamkan di Makam Desa Pangkah Kulon, Kecamatan Ujungpangkah, setelah salat Duhur. 

BACA JUGA:Liverpool Sangat Berduka Mendengar Kejadian di Stadion Kanjuruhan: 'Doa dari Semua Orang di Liverpool FC'

‘’Yang saya dengar almarhumah itu menonton sepak bola dengan mbakyunya yang sudah tinggal di Malang. Hanya dua bersaudara. Keduanya perempuan. Jadi, kakak iparnya juga nonton,’’ tambah Gus Athok, panggilan akrab pria yang juga ketua MWC NU Ujungpangkah itu.

Dari informasi yang didapat, Tsaniyah meninggal dunia karena terdampak tembakan gas air mata. Lalu, yang bersangkutan sesak nafas. 

Gus Athok mengungkapkan, ayah almarhumah juga termasuk salah seorang guru di SMK pondok pesantrennya. Bahkan, dulu pernah menjabat sebagai kepala sekolah.

Selepas dari SMK Ponpes Mambaul Ikhsan, lanjut dia, Tsaniyah berdomisili di Malang. Kuliah di program studi pendidikan guru madrasah ibtidaiyah (MI) Universita Islam Malang (Unisma). Tinggal di rumah kakaknya. Yang bersangkutan sudah menyelesaikan kuliahnya. Selepas lulus, sebagai pengajar les privat anak-anak SD di Malang.

BACA JUGA:Liverpool Sangat Berduka Mendengar Kejadian di Stadion Kanjuruhan: 'Doa dari Semua Orang di Liverpool FC'

‘’Saya juga mendengar almarhumah memang mau lamaran. Tapi, ternyata takdir Allah SWT berkehendak lain. Sekali lagi, kami turut mendoakan almarhumah husnul khatimah,’’ pungkas Gus Athok.

Seperti diberitakan, jumlah korban tewas hingga ratusan, data terkini 182 suporter, telah menempatkan Tragedi Kanjuruhan Malang, Jawa Timur sebagai sejarah paling kelam sepakbola Indonesia dan terburuk kedua sepakbola dunia.

Tragedi berdarah terbesar pertama terjadi di Peru pada 24 Mei 1964. Ketika itu Estadion Nacional menggelar babak kualifikasi kedua antara Peru vs Argentina dalam kepentingan perhelatan Olimpiade Tokyo.

Kerusuhan menyebabkan 328 orang tewas karena sesak napas dan/atau pendarahan internal. Bahkan disebutkan kemungkinan jumlah korban tewas dalam peristiwa tersebut lebih banyak.

Sumber: pojoksatu