Tobat Setelah Bunuh 150 Harimau, Sekarang Jadi Pembersih Ranjau.

Tobat Setelah Bunuh 150 Harimau, Sekarang Jadi Pembersih Ranjau.

Mawi Mantan Pemburu Harimau yang kini sudah tobat (Foto istimewa)--

Tobat Setelah Bunuh 150 Harimau, Sekarang Jadi Pembersih Ranjau.

OGANILIR.CO-Di Kabupaten Muratara masih memiliki hutan yang menjadi salah satu tempat tinggal  satwa liar. Termasuk harimau sumatera. Apalagi ada kawasan yang masuk Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS).

Di Kabuaten  Muratara ternyata ada sosok seorang  pemburu harimau sumatera nomor  wahid, tapi predikat tersebut sudah ditinggalkannya  alias bertobat. 

Kini profesinya beralih menjadi  pembersih ranjau harimau. Dia adalah Mawi, warga Desa Muara Tiku, itulah tempat tinggalnya yang masuk wilayah Kecamatan Karang Jaya.

BACA JUGA:Sering Mau Diterkam, Suprianda Akhirnya Tewas Dimangsa Harimau Milik Majikan

Usianya kini sudah lebih setengah abad, tapi masih tampak gagah. Ya maklum pekerjaan sebelumnya harus menghadapi hewan binatang buas .

Masuk hutan keluar hutan sudah makanan sehari-harinya, dan itu dilakoni sejak  sejak muda. Profesi  yang dia sandang sebagai pemburu sekitar  40 tahun

Tidak heran selama itu pula, banyak harimau yang kehilangan nyawa di tangannya. “Kurang lebih 150 ekor yang saya bunuh dan perjualbelikan,” ungkapnya.   

BACA JUGA:Netralitas Polri, Jangan Sampai Jarimu Menjadi Harimau Mu

Namun cerita dan pengalaman itu sudah ditinggalkan sejak 2017 lalu. Kalau dulu dia menganggap harimau sumatera sebagai harta karun berjalan. 

Namun  akhirnya dirinya menyadari, dengan menjadi pemburu Harimau, keberlangsungan hidup harimau sumatera makin terancam punah.

Mawi kini jadi mitra BKSDA untuk menyelamatkan keberlangsungan hidup harimau sumatera. “Sekarang saya bantu-bantu membersihkan ranjau pikat harimau dari sling baja,” tuturnya 

BACA JUGA:Penampakkan Harimau Sumatera di Muratara, tapi BKSDA Belum Dapat Turun, Sebab Masuk di Lahan Perusahaan

Sekilas diceritakannya, kalau harga kulit harimau sumatera makin mahal dari tahun ke tahun. Di Tahun 1970, kulit harimau sumatera hanya laku dijual Rp 30 ribu. Kemudian pada 2017 harganya mencapai  Rp 17 juta dan 2020 lalu meroket menjadi  Rp 25 juta. 

Sumber: