
“Untuk Kelompok beresiko bersifat mandatori untuk diperiksakan,” tegasnya. Untuk mendapat layanan skrinning mudah. Cukup membawa KTP, mendaftar di loket pendaftaran, kemudian melakukan konseling pra-tes, pemeriksaan laboratorium, dan konseling pasca-tes.
“Kami bekerja sama dengan Yayasan Intan Maharani sebagai tim penjangkau kelompok beresiko HIV/AIDS,” jelasnya.
Kegiatan bersama yang dilakukan meliputi mobile VCT. Kemudian, pemeriksaan HIV di luar Puskesmas seperti kafe, spa, lokalisasi, salon waria, LSL, dan lainnya.
Dari deteksi dini/pemeriksaan HIV/AIDS di Puskesmas Nagaswidak, ditemukan 26 orang untuk tahun ini yang tertular.
“Sekarang melakukan pengobatan di puskesmas,” ungkap drg Kiki. Secara trend, ada peningkatan terutama LSL (lelaki sex lelaki/gay). Rata-rata penambahan per bulan 2-3 kasus.
“Pengobatan dengan minum ARV yang fungsinya menekan jumlah viral load virus dalam tubuh penderita HIV,” bebernya.
Untuk pemeriksaan/skrinning HIV/AIDS gratis, ditanggung pemerintah. Semua rangkaian pengobatan mulai pemeriksaan hingga terapi gatis.
Di OKI, kasus positif HIV/AIDS ditemukan 18 kasus. Itu data per Juli 2022.
“Sekarang sudah tidak begitu malu lagi. Edukasi dan informasi yang disampaikan dokter/konselor ketika melakukan konseling hasilnya cukup baik,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) OKI, Iwan Setiawan SKM MKes melalui Kasi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Musdarta SKM.
Dari 32 puskesmas di OKI, lebih dari 50 persen punya layanan gratis skrinning HIV/AIDS. Kepala Puskesmas Celikah, Hj Susmiyati SKM MKes mengaku, untuk pasien gangguan keputihan dan konsultasi serta pemeriksaan HIV/AIDS sebulan 60 kunjungan.
”Kami akan konseling dan pemberian obat pil hingga pemeriksaan darah, “ulasnya.
Kepala Dinkes Muratara, dr Arios menjelaskan, virus HIV menyerang imunitas tubuh. Bisa mengakibatkan komplikasi beragam penyakit akibat penurunan imunitas tubuh.
“Kita mengajak seluruh masyarakat agar dapat mencegah HIV, dengan mengendapkan pola adab, agama, kesusilaan dan lainnya,” katanya.