Hamas Buka Peluang Gencatan Senjata dengan Israel, ini Syaratnya

Hamas Buka Peluang Gencatan Senjata dengan Israel, ini Syaratnya

Pertukaran sandera Hamas dan Israel pada November 2023 lalu. foto: antara--

Hamas Buka Peluang Gencatan Senjata dengan Israel, ini Syaratnya

GAZA, oganilir.co - Kelompok Hamas sepertinya mulai membuka pintu gencatan senjata yang ditawarkan Israel melalui negara-negara mediator. 

Anggota Biro Politik Hamas Mohammad Nazzal buka suara soal proposal Paris yang membahas usulan gencatan senjata antara Israel-Hamas dan pertukaran sandera.

Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh telah menerima proposal itu. Kelompok ini juga telah mempelajarinya dilansir dari Al Arabiya News pada Rabu 31 Januari 2024. Mereka lalu menekankan prioritas Hamas adalah setop agresi penarikan seluruh pasukan Israel dari Gaza.

"Kami menyampaikan ke mediator bahwa gencatan senjata permanen adalah tujuan kami, tetapi kami bisa melakukan ini di perjanjian tahap kedua atau ketiga," kata Nazzal.

BACA JUGA:Mahkamah Internasional Keluarkan Putusan Sementara Sidang Genosida Israel, Hamas Mengapresiasi

Dia kemudian berujar "Tanpa penarikan pasukan Israel dari Gaza, kami tak bisa menerima usulan baru ini."

Nazzal menyatakan bahwa gencatan senjata permanen berguna bagi kedua pihak. Sbab jika tidak maka perang akan terus berlanjut. "Kami siap mencapai ini secara bertahap," ujarnya.

Nazzal menegaskan bahwa Hamas bermaksud membebaskan semua tawanan dari kedua pihak. Namun dia juga menyadari perlu negosiasi untuk mencapai titik tersebut.

Pembicaraan proposal baru telah berlangsung di Paris, Prancis pada pekan ini. Mereka yang terlibat di negosiasi ini adalah Amerika Serikat, Qatar, Mesir, dan Israel.

BACA JUGA:Israel Buka Pintu Negosiasi, ini Sikap Hamas

Dikutip dari Al Awsat News, sejumlah pejabat menilai pembicaraan soal kesepakatan tersebut membuahkan hasil positif. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken juga menyampaikan kemajuan kesepakatan tersebut.

"Pekerjaan yang sangat penting dan produktif telah dilakukan. Dan ada harapan nyata ke depan," ujar Blinken.

Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani juga menyampaikan pernyataan serupa.

Sumber: