Profesor Perth Bicara Polikrisis Pada AICIS ke-23 di UIN Walisongo

Profesor Perth Bicara Polikrisis Pada AICIS ke-23 di UIN Walisongo

Prof Dora Marinova (tengah) menjadi pembicara pada AICIS ke-23 di UIN Walisongo, Semarang.--

Profesor Perth Bicara Polikrisis Pada AICIS ke-23 di UIN Walisongo

SEMARANG, oganilir.co - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menjadi tuan rumah 1 Annual International Conference of Islamic Studies (AICIS) ke-23, Jumat 2 Februari 2024. 

Salah satu pembicara yang diundang adalah Profesor dari Curtin University, Perth, Australia Dora Marinova. Dora Marinova berbicara mengenai fenomena baru bernama polikrisis yang saat ini menghantui masyarakat dunia.

Dora menjelaskan bahwa polikrisis adalah masa yang penuh perselisihan, kebingungan, atau penderitaan yang disebabkan oleh sejumlah masalah berbeda yang terjadi pada waktu yang bersamaan sehingga memiliki dampak yang sangat besar.

Menurut dia, kini manusia berada di tengah era polikrisis yang penuh dengan malapetaka mulai dari perang hingga krisis ikllim. “Agama memiliki peran penting dalam mengatasi polikrisis,” kata Dora.

BACA JUGA:Top, Program S3 UIN Sunan Gunung Djati Terakreditasi Unggul

Dia menyebutkan bahwa sederet persoalan seperti perang, perubahan iklim, polusi plastik, penyebaran bahan kimia beracun, pencemaran lingkungan, dan hilangnya keragaman hayati juga bagian dari polikrisis.

Salah satu aspek yang juga tak kalah menonjol dari polikrisis ini adalah penurunan angka harapan hidup, terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. “Untuk pertama kalinya dalam sejarah spesies manusia. Kita melihat penurunan angka harapan hidup sehingga sejak revolusi industri, orang-orang telah hidup lebih lama. Namun dalam beberapa tahun terakhir, terlihat penurunan harapan hidup orang-orang hidup pendek di negara-negara seperti AS, Inggris bahkan di Australia,” jelas Dora.

Dora juga mengaitkan penurunan angka harapan hidup dengan gaya hidup modern yang kurang gerak, pola makan yang tidak sehat, dan masalah kesehatan mental yang semakin meningkat.

BACA JUGA:Lantik 1200 Wisudawan, Rektor Dorong Lulusan UIN Raden Fatah Lanjut Studi Luar Negeri

“Fakta bahwa manusia menghabiskan terlalu banyak waktu untuk duduk dan bekerja dengan gawai, juga terkait dengan fakta bahwa mengonsumsi makanan yang mungkin bukan yang terbaik untuk kesehatan dan juga menghadapi masalah kesehatan mental,” ujarnya.

Oleh karena itu, Dora menekankan pentingnya peran agama dan masyarakat sipil dalam mengatasi polikrisis ini dengan menghentikan penurunan angka harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. “Dan di sinilah peran agama. Peran masyarakat sipil juga sangatlah penting. Karena jika kita ingin meningkatkan kualitas hidup, kita juga perlu menghentikan penurunan angka harapan hidup,” ucapnya.

Dia mengatakan manusia berhak atas lingkungan yang bersih, sehat, dan lestari. "Apa yang dimaksud dengan lingkungan bersih, sehat, dan lestari bukanlah sesuatu yang disetujui semua orang, namun yang terpenting adalah semua bangsa sepakat bahwa kita perlu memperhatikan lingkungan,” pungkas Dora.

BACA JUGA:Luar Biasa, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kukuhkan 16 Guru Besar Perempuan di Hari Ibu

Sumber: