Ternyata ini Alasan Mengapa Makanan di Jawa Cenderung Manis

gudeg--
oganilir.co - Bila pernah menyantap gudeg, selat solo, atau sambal khas Yogyakarta, ada satu rasa yang menonjol yaitu rasa manis. Berikut sejumlah alasan kenapa makanan Jawa, termasuk dari Solo dan Yogyakarta, rasanya cenderung manis.
1. Makna rasa manis dalam budaya Jawa
masyarakat di Jawa mencakup tiga kelompok besar yaitu masyarakat keraton (Solo dan Yogyakarta), Banyumasan, dan Brangwetan (Jawa Timur).
Dari kelompok tersebut, masyarakat keraton disebut paling suka rasa manis. Adapun rasa ini dinilai menyimbolkan kebahagiaan, keharmonisan, dan kenikmatan hidup. Oleh sebab itu, makanan manis kerap disajikan saat acara adat, pernikahan, dan perhelatan penting lainnya.
2. Pohon kelapa yang melimpah
Pohon kelapa tumbuh dengan subur di pesisir Pulau Jawa. Masyarakat pun memanfaatkan nira kelapa untuk membuat gula merah atau gula jawa. Gula ini pun dimasukkan ke dalam makanan, dari sayur hingga jajanan.
3. Sejarah tanam paksa
Rasa manis pada makanan Jawa juga berkaitan dengan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830 yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Van den Bosch. Pada waktu itu, masyarakat harus menyisihkan tanah mereka untuk ditanami tanaman yang dianjurkan oleh pemerintah kolonial Belanda, dilansir dari buku "Ensiklopedia Makanan Khas Jawa" karya Wind Dylanesia (2023) terbitan Pustaka Referensi.
Adapun tanaman yang harus ditanam di Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah tebu. Sekitar 70 persen sawah di kedua wilayah tersebut diubah menjadi perkebunan tebu. Tanam paksa menyebabkan rakyat pribumi kelaparan. Oleh sebab itu, mereka memakan tebu untuk bertahan hidup. Tak hanya itu, mereka juga berupaya membuat makanan yang bertahan lama. Salah satunya dengan menggunakan gula.
Sumber: