Pria Ini Buktikan Hari Ini di Muratara Memang Tanpa Bayangan, Besok Ogan Ilir dan Palembang
Pria ini buktikan hari ini di Muratara memang tanpa bayangan. Namanya Indra ini berdiri di tengah lapangan tanpa bayangan. foto: zulqarnaen/oganilir.co.--
BACA JUGA:Kasus Sambo Siap Naik Sidang, Ibunda Brigadir J Minta Hakim Seadil-adilnya dan Seberat-beratnya!
Dia menuturkan ada beberapa lokasi yang terjadi peristiwa itu, seperti Palembang, Pangkalan Balai, Sekayu, Rupit, Indralaya, Talang Ubi, Muara Beliti, Lubuklinggau, Kayu Agung, Prabumulih, Muara Enim, Tebing Tinggi, Lahat, Baturaja, Pagar Alam, Martapura dan Muaradua.
Kondisi itu dibagi menjadi beberapa zona, Jumat 30 Setember di pangklai balai, sekayu dan Rupit Muratara, 1 Oktober di Palembang, Indralaya Ogan Ilir, Talang Ubi, Muara Beliti dan Lubuklinggau.
Kemudian 2 Oktober di Kayu Agung, Prabumulih, Muara Enim, Tebing Tinggi, 3 Oktober Lahat, Baturaja, Pagaralam, 4 Oktober Martapura, 5 Oktober di Muara Dua. "Fenomena itu terjadi di rentang waktu pukul 11.50 - 12.00 WIB," tutupnya.
Fenomena Hari Tanpa Bayangan, Apa Itu
BACA JUGA:Latihan Bebas, Marquez Paling Cepat di FP1 MotoGP Thailand, Sempat Jatuh tapi Bangkit Lagi
Indonesia memiliki letak geografis yang berada pada 6o Lintang Utara (LU) hingga 11O Lintang Selatan (LS) dan membelah garis khatulistiwa (0o). Kondisi geografis tersebut memungkinkan Matahari untuk pada suatu titik tepat berada tegak lurus di atas kita, hal tersebut menyebabkan fenomena hari tanpa bayangan.
Fenomena hari tanpa bayangan atau yang dikenal dengan kulminasi tersebut akan berlangsung pada tengah hari mulai 7 September hingga 21 Oktober 2022. Fenomena ini dapat diamati dari berbagai wilayah di Indonesia dalam waktu yang berbeda tergantung dari letak geografis masing-masing daerah.
Periset Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang menjelaskan bahwa fenomena ini disebabkan karena nilai deklinasi Matahari pada periode tersebut akan sama dengan lintang geografis wilayah Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan Matahari akan berada tepat di atas kepala.
“Karena nilai deklinasi Matahari sama dengan lintang geografis wilayah Indonesia, maka Matahari akan berada tepat di atas kepala kita saat tengah hari. Ketika Matahari berada di atas Indonesia, tidak ada bayangan yang terbentuk oleh benda tegak tidak berongga saat tengah hari, sehingga fenomena ini dapat disebut sebagai Hari Tanpa Bayangan Matahari,” jelas Andi.
BACA JUGA:Penjabat Gubernur Papua Barat Polisikan Pengacara Gubernur Papua Lukas Enembe
Hari tanpa bayangan sendiri terjadi dua kali setahun untuk daerah yang terletak di antara Garis Balik Utara (Tropi of Cancer; 23,4O LU) dan Garis Balik Selatan (Tropic of Capricorn; 23,4O LS) atau di sekitar garis khatulistiwa. Sementara, untuk daerah yang terletak di Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan akan mengalami hari tanpa bayangan hanya sekali setahun, yakni Ketika Solstis Juni (21/22 Juni) maupun Solstis Desember (21/22 Desember). Sedangkan di luar wilayah tersebut, matahari tidak akan berada di atas kepala (zenit) ketika tengah hari sepanjang tahun.
Di Indonesia sendiri nilai deklinasi Matahari bervariasi antara +6O hingga -11O (6O LU hingga 11OLS) sejak pekan kedua bulan September hingga pekan ketiga bulan Oktober. “Deklinasi merupakan sudut apit antara lintasan semu Matahari dengan proyeksi ekuator Bumi pada bola langit atau disebut juga dengan ekuator langit,” terang Andi.
Andi memberikan tips untuk bisa menyaksikan fenomena hari tanpa bayangan matahari. “Yang pertama siapkan benda tegak seperti tongkat atau spidol atau benda lain yang dapat ditegakkan. Lalu letakkan di permukaan yang rata dan amati bayangan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jangan lupa untuk mendokumentasikannya dengan foto atau rekaman video saat proses tidak adanya bayangan matahari,” paparnya.
Andi juga menambahkan, apabila cuaca berawan, fenomena ini dapat disaksikan paling cepat lima menit sebelum atau paling lambat lima menit setelah waktu yang ditentukan. Hal ini dikarenakan di luar rentang waktu lima menit tersebut bayangan akan muncul kembali.
Sumber: