Lalu Reni menjawab bahwa tangisan dalam dua peristiwa itu bisa dia bedakan.
“Pada waktu itu Ibu Putri mengatakan bahwa peristiwa Duren Tiga tidak benar, tapi saya takut pada suami saya,” jelasnya.
“Saya dipaksa menandatangani BAP dan saya percaya pada suami saya, itu ada tangisan,” kata Reni lagi.
“Namun respons tangisannya secara fisiologis dan emosional itu intensitasnya berbeda pada saat ceritakan peristiwa yang ada di Magelang,” terang Reni.
Reni lalu ditanya hakim soal kronologi skenario palsu pelecehan di Duren Tiga yang diceritakan Putri.
“Tidak begitu. Ini yang skenario. Skenario itu kan juga disertai tangisan. Putri ini kan juga ceritakan dengan tangisan-tangisan. Bagaimana pendapat Saudara dengan yang demikian?” tanya hakim ketua lagi.
“Semuanya memang membuat takut bagi Ibu Putri. Yang pertama takut karena sebetulnya tidak seperti itu kejadiannya, sementara yang satunya kejadian yang sebenarnya itu yang di sini,” katanya.
“Respons tangisan betul ada pada dua-duanya, yang mulia, tapi terobservasi berbeda intensitasnya,” jawab Reni.