42 WNI Terjebak di Israel, ini Langkah yang Dilakukan Kemenlu RI
Rudal balistik Iran bentrokan dengan antirudal Israel pada Senin (16/6) dini hari WIB.--
"Jika kita melihat pernyataan terakhir Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang mengirimkan pesan kepada masyarakat Iran, kita bisa tahu target utama Israel dari operasi militer ini adalah perubahan rezim di Iran," ujar Idil kepada BBC News Indonesia.
BACA JUGA:Serangan Israel ke Iran Tewaskan Pemimpin Garda Revolusi
"Seperti diketahui Iran menjadi penyuplai dan pendukung bagi gerakan-gerakan yang menyerang Israel seperti Hamas, Houthi dan juga Hizbullah."
Idil menilai operasi militer yang dilakukan Israel pada Jumat (13/6) lalu sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Sebagaimana diketahui, serangan tersebut menewaskan para ilmuwan dan petinggi militer Iran.
"Pada sisi lain, Iran tidak punya banyak pilihan selain merespon dengan serangan militer," ujar Idil.
Iran, menurut Idil, berhadapan dengan dua pilihan: pertama, serangan balasan tetapi terbatas untuk mengurangi eskalasi tetapi kredibilitas pemerintah buruk di mata masyarakat.
Kedua, membalas dengan lebih keras, tetapi sesuai keinginan Israel agar mendapat dukungan militer dari sekutunya, termasuk AS.
Dihubungi terpisah, pengamat Timur Tengah dari Universitas Bina Nusantara, Tia Mariatul Kibtiah, menilai ada dua alasan mengapa Israel memutuskan untuk menyerang Iran.
BACA JUGA:Kalahkan Tentara Israel, Petarung MMA Irlandia Teriak Free Palestine
"Yang pertama, popularitas Netanyahu di Israel. Ketika karier politik dia sedang tidak baik-baik saja, dia akan melakukan hal tidak terduga dan di luar nalar," ujar Tia ketika dihubungi pada Ahad (13/6).
Selain dinilai gagal menangani Hamas, masyarakat Israel juga menilai perekonomian negara merosot menyusul konflik Gaza.
Alasan yang kedua, kata Tia, adalah Israel ingin menghentikan negosiasi antara AS dan Iran terkait nuklir.
Di sisi lain, Tia berpendapat bahwa konflik ini kemungkinan besar tidak akan berlanjut ke eskalasi yang lebih luas.
Hal ini didasari oleh kepentingan keamanan negara-negara Teluk, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Kuwait, yang secara geografis berdekatan dengan area konflik dan memiliki pangkalan militer AS.
BACA JUGA:Akhirnya, Gencatan Senjata Israel-Hamas Tercapai, ini Tenggang Waktunya
Sumber:

