Kini Jadi Pekerjaan Utama, Budidaya Jamur Tiram Bersama PLN Peduli

Kelompok Budidaya Jamur Tiram Payakabung Binaan PLN--
Diceritakan Mas Eko begitu panggilannya, sebelum terjun menggeluti budidaya jamur tiram ditahun 2017, dirinya merupakan petani karet. Menjadi petani karet sepertinya belum bisa menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, meski dirinya merupakan alumni pendidikan dibidang pertanian yakni Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Lampung.
“Ditahun 2014 mulai mikir-mikir untuk mencari usaha baru yang bisa mensejahterakan keluarga , dan ditahun itu saya memulai usaha budidaya jamur tiram, namun ternyata kurang berhasil, produksi sedikit dan pemasarannya tidak tahu, sehingga kondisi usahanya stagnan.’’ujar Eko lirih.
Langkah selanjutnya Eko tetap mempertahankan usaha budidaya jamur tiram, sambil mencari ilmu dengan mengikuti berbagai pelatihan, dan bergabung di grup komunitas budidaya jamur tiram yang memang sudah terbentuk selama ini.
“Belajar dari teman-teman di grup komunitas Jamur Tiram, saya mendapatkan ilmu , bagaimana budidaya jamur tiram yang sebenarnya,’’lanjut Eko .
Baglog untuk tempat tumbuhnya jamur tiram--
Hasilnya lumayan, saat mengawali budidaya jamur tiram ditahun 2017, dengan hasil produksinya mampu dipasarkan pada tingkat local, seperti pasar Pagi Timbangan Indralaya, Pasar Inpres Indralaya, atau dijual kepada para tetangga, lambat laun hingga akhirnya bisa menembus kepasar Induk Jakabaring di Palembang.
Perjalanan budidaya jamur tiram kembali terjadi pasang surut ketika wabah covid-19 melanda tanah air,’’Jadi ketika wabah copid -19 ditahun 2019-2020 , tingkat permintaan masyarakat turun, karena warga tidak mau beraktifitas keluar rumah, sehingga saat itu kita terpaksa menurunkan produksi jamur tiram, meski pelanggan tetap ada,’’lanjutnya .
Setelah badai Covid-19 berlalu, usaha budidaya jamur tiram kembali bergairah, hanya saja produksi jamur tiram tetap tidak maksimal, karena untuk pengembangan dibutuhkan peralatan mesin pendukung yang nilai harga ratusan juta rupiah.
“Inilah yang menjadi salah satu kendala, kalau ingin meningatkan produksi jamur tiram harus didukung dengan peralatan mesin, dan selama ini kita melakukan secara konvensional dan otodidak, semisal kita mengaduk untuk media jamur tiram selama dua hari untuk mengisi baglog yang terdiri dari bahan campuran serbuk kayu, kapur, jagung yang dikomposkan selama tiga, maka setelah itu kita istirahat 2 hari juga, karena lelah, coba kalau menggunakan mesin lain ceritanya,’’terang suami dari Yeni Astuti ini.
karyawan budidaya jamur tiram tengah mengisi media jamur tiram pada mesin steamer baglog bantuan PLN--
Singkat cerita, pucuk dicinta ulampun tiba, ketika ada acara di Kantor Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir Eko bertemu dengan pihak PT PLN Indonesia Power UPDK Keramasan Unit Layanan Pusat Listrik Indralaya PLN yang membidangi CSR, ‘’Saya sempat lupa namanya, tapi salah satunya bernama Saddam Husaen”tutur Eko.
Dalam pertemuan singkat itu, pihak PLN menawarkan dengan menginisiasi program kerja sama , dimana usaha Jamur Tiram yang digeluti selama ini akan menjadi binaan PLN, tentu harus dalam bentuk kelompok usaha, bukan perorangan, dimana ada pengurus dan anggotanya.
“Memang saat pertemuan itu tetap ada keraguan, ketidak nyakinan, karena untuk usaha budidaya jamur tiram, harus didukung peralatan yang memadai, apakah pihak PLN serius dan bisa memenuhinya, itu yang membuat saya masih ragu,’’katanya.
Ternyata beberapa hari kemudian, setelah pertemuan itu, pihak PLN datang kelokasi usaha budidaya jamur tiram di Payakabung melakukan survey, hanya saja Eko saat itu tengah berada diluar, namun dapat kabar dari istrinya Yeni Astuti melalui telpon, bahwa ada petugas PLN dilokasi untuk membicarakan tindaklanjut kerjasamanya.
“Saat menerima telpon itu, saya buru-buru pulang, dalam benak saya, sepertinya pihak PLN serius ini.’’tutur Bapak dari 4 putra-putrinya ini.
Sumber: