Longsor di Papua Nugini, Ratusan Warga Terkubur-Rumah tak Tersisa

Longsor di Papua Nugini, Ratusan Warga Terkubur-Rumah tak Tersisa

Longsor yang terjadi di Provinsi Enga, Papua Nugini.--

"Namun, waktu terjadinya tanah longsor mengindikasikan jumlah korban tewas akan bertambah."

Hingga Ahad (26/5), baru lima jenazah berhasil dievakuasi.

Ada hampir 4.000 orang yang tinggal di daerah tempat terjadinya tanah longsor. Namun Care Australia memperingatkan bahwa jumlah korban yang terkena dampak "kemungkinan lebih tinggi" karena banyaknya orang yang melarikan diri dari konflik suku di wilayah tetangga.

Care Australia menambahkan bahwa desa-desa lain juga bisa terkena risiko "jika tanah longsor terus berlanjut hingga menuruni gunung".

Amos Akem, seorang anggota parlemen provinsi Enga, mengatakan kepada Guardian bahwa berdasarkan laporan dari lapangan, "longsor mengubur lebih dari 300 orang dan 1.182 rumah".

Bagaimana upaya penyelamatan korban?

BACA JUGA:Gunung Ili Lewotolok Meletus, PVMBG Imbau Warga Waspadai Longsoran Lava

Amos Akem menyatakan bahwa upaya penyelamatan terhambat oleh tertutupnya akses jalan yang menghubungkan desa Yambali dan ibu kota yang terkena dampak. Hanya ada satu jalan raya menuju Provinsi Enga.

Pejabat PBB Serhan Aktoprak berkata kepada BBC bahwa ada sejumlah tantangan yang dihadapi tim penyelamat, termasuk keengganan beberapa kerabat yang berduka untuk membiarkan alat berat mendekati orang yang mereka sayangi.

Sebaliknya, katanya, "orang-orang menggunakan kayu, sekop, dan garu untuk mengeluarkan jenazah yang terkubur di bawah tanah".

Puing-puing dari tanah longsor, yang meliputi batu-batu besar, pepohonan, dan tanah disebut memiliki kedalaman hingga 8 m di beberapa daerah.

Reuters Kerusakan akibat tanah longsor di Maip Mulitaka, Enga, Papua Nugini.

Beberapa rumah di desa tersebut selamat dari tanah longsor, kata Aktoprak, namun "mengingat skala bencananya" jumlah korban jiwa bisa mencapai lebih dari 100 orang.

Hanya ada satu jalan utama menuju Provinsi Enga dan Care Australia mengatakan puing-puing berjatuhan di sebagian besar wilayah tersebut, sehingga membatasi akses ke lokasi penyelamatan.

Operasi penyelamatan untuk menjangkau para korban menjadi rumit karena kekhawatiran akan terjadinya tanah longsor susulan.

Sumber: