5 Gejala Sarapan Mi Instan, Waspadai Masalah Pencernaan

5 Gejala Sarapan Mi Instan, Waspadai Masalah Pencernaan

--

oganilir.co - Mi instan kerap kali menjadi menu sarapan yang dikonsumsi sebelum mulai beraktivitas.

Selain rasanya yang sedap, mi instan banyak dipilih lantaran hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk disiapkan.

Sama seperti menu makanan lain, makan mi instan saat sarapan dapat menambah energi dan mengurangi lesu di pagi hari.

Dengan 188 kalori per porsi, mi instan umumnya lebih rendah kalori dibandingkan beberapa jenis pasta lainnya.

Sebagai perbandingan, dikutip Healthline, satu porsi lasagna kemasan mengandung 377 kalori. Sementara satu porsi spageti kalengan dan bakso, memiliki 257 kalori.

Kendati demikian, mi instan juga rendah serat dan protein. Meski relatif rendah nutrisi, makanan ini mengandung beberapa mikronutrien, termasuk zat besi, mangan, folat, dan vitamin B.

Beberapa mi instan juga kerap diperkaya dengan nutrisi tambahan. Bahkan, di Indonesia, sekitar setengah dari mi instan telah difortifikasi dengan vitamin dan mineral, termasuk zat besi.

Lantas, bagaimana efek samping mengonsumsi mi instan saat sarapan?

Berikut gejala mengonsumsi mi instan saat sarapan:

1. Sakit kepala dan mual

Kebanyakan mi instan mengandung bahan yang dikenal sebagai monosodium glutamat atau MSG, bahan tambahan makanan untuk meningkatkan rasa pada makanan olahan.

Meski Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengatakan MSG aman untuk dikonsumsi, potensi dampaknya terhadap kesehatan masih kontroversial.

2. Risiko sindrom metabolik

Sejumlah penelitian menemukan, konsumsi mi instan secara teratur, termasuk di pagi hari, mungkin berhubungan dengan buruknya kualitas makanan secara keseluruhan. Meski konsumen mi instan akan mengalami peningkatan asupan mikronutrien tertentu, mereka juga mengalami penurunan asupan protein, kalsium, vitamin C, fosfor, zat besi, niasin, dan vitamin A secara signifikan.

Selain itu, mereka yang mengonsumsi mi instan saat sarapan pun dilaporkan mengalami peningkatan asupan natrium dan kalori dibandingkan dengan non-mi instan. Makanan ini juga dapat meningkatkan risiko terkena sindrom metabolik, suatu kondisi yang meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke. Bahkan, sebuah studi pada 2014 melaporkan, makan mi instan setidaknya dua kali seminggu meningkatkan risiko sindrom metabolik pada wanita. 

3. Tekanan darah naik

 Efek samping sarapan mi instan selanjutnya tak lepas dari kandungan natriumnya yang tinggi, sekitar 861 miligram per porsi. Masih dari Healthline, asupan natrium yang tinggi mungkin berdampak negatif pada orang-orang tertentu yang dianggap sensitif terhadap garam. Lebih rentan terhadap efek natrium, peningkatan asupan natrium pada kelompok orang tersebut dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.

4. Masalah Pencernaan

Dikutip dari National Nutrition Council, mi merupakan makanan yang paling lama dicerna dibandingkan dengan makanan kebanyakan, sehingga dapat menyebabkan masalah pencernaan. Bahkan, dua jam setelah makan mi, bahan-bahan yang terkandung di dalamnya masih memaksa saluran usus untuk tetap bekerja. Makanan yang berada di saluran pencernaan dalam waktu lama akan berdampak pada penyerapan nutrisi. Bedanya, mi memiliki kandungan gizi yang rendah, sehingga kondisi yang seharusnya menguntungkan ini justru menjadi kerugian. Sakit perut, mulas, kembung, sembelit, serta diare merupakan gejala gangguan pada sistem pencernaan yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi mi untuk sarapan.

5. Kekurangan nutrisi Jika terlalu sering makan mi instan sebelum mengawali hari, tubuh mungkin akan kekurangan nutrisi atau gizi. Saat kekurangan gizi, tubuh biasanya mulai mengalami gejala seperti pusing, gelisah, letih, dan lemas.

Ingatlah bahwa tubuh membutuhkan lebih dari sekadar mi instan agar tetap dapat menjalani rutinitas sehari-hari. Artinya, seseorang harus mengonsumsi makanan tinggi protein, kalsium, gula, vitamin A, C, E, B, dan nutrisi lainnya. Sebaliknya, mi instan, terutama tanpa tambahan seperti telur dan sayuran memiliki kadar nutrisi rendah serta tidak mampu mencukupi kebutuhan nutrisi.

Sumber: