Minang Pride , Suku Bangsa Perantau, Kejar Simbol Kesuksesan
--
Orang orang Minang sejak abad ke 19 mengecap akses pendidikan terbaik di Nusantara seperti hal nya, orang Kato, Toba, Mandailing, Toraja dan Minahasa berbondong bondong datang ke Jakarta untuk mengisi posisi Birokrat, Ulama dan Guru.
BACA JUGA:IMI Sumsel Siap Bekerjasama Sosialisasi dan Pengembangan Kendaraan Listrik
Puncak gerakan merantau terjadi pasca pemberontakan PRRI tahun1958. Pemerintah pusat memadamkan pemberotakan tersebut dan menduduki Kota – kota di Sumatera Barat “ Siapa pun (Orang Minang) dicurigai dan di awasi gerak geriknya oleh tentara.
Akses bekerja sebagai Birokrat ditutup.
Karena peristiwa PRRI ini banyak anam anak muda di kampung yang gelisah dan akhirnya memilih jadi perantau dan berharap sukses di tempat perantauan.
Bahkan ada sebagian orang tua suku Minang paska PRRI sengaja memberikan nama anak mereka dengan nama Jawa untuk menghindari konflik dengan tentara saat itu dan memudahkan mereka saat merantau ke tanah Jawa.
Merantau hingga kini tetap menajdi tradisi suku Minang. Jika dulu tradisi ini hanya dilakukan oleh anak laki laki, kini tradisi merasntau juga mahfum dilakukan anak gadis suku Minang. Dulu bagi laki-laki Minangkabau, merantau adalah gerbang yang harus dilalui untuk menjadi orang yang tangguh dan dilakukan pada usia muda. Rata-rata orang Minangkabau pergi merantau dalam usia belasan tahun atau usia remaja.
Khusus di daerah Jakarta dan sekitaranya, para perantau Minang sebagian dari mereka menjadi pedagang agar bisa hidup lebih merdeka. Tahun 1970 an , pekerjaan disektor informal yang digemari antara lain menjadi tukang jahit di Jakarta.
Hal itu dilakukan karena menjahit saat itu masih dianggap menjadi barang mewah di kampung – kampung. Bahkan ada pameo jika perantau sudah bisa untuk membeli mesin jahit sudah dianggap hebat.
Selain itu Perantau Minang di Jakrta banyak yang terjun ke bisnis tekstil.
Tidak heran hingga kini mereka mendominasi pusat – pusat pedagangan tekstil di Jakarta, seperti Pasar Tanah Abang, Pasar Senen, Pasar Blok M, Pasar Jatinegara dan Pasar Benhil.
Ada pula yang terjun ke bisnis percetakan, Hotel, barang antik, keuangan, dan yang paling membuka warung Nasi Padang.
Meski jaman sudah berganti, istilah urang rantau bagi suku Minang hingga saat ini tetap menjadi seperti sebuah tradisi. Anak anak muda Minang lebih memilih merantau ke negeri orang untuk mendapatkan kesuksesan , kekayaan dan tentunya kebanggaan bagi kaumnya. (eno)
Sumber: