Susi Pudjiastuti Minta Jumlah yang Benar, Yang Meninggal Tak Kembali, Angka Tak Mengobati Duka Kami

Susi Pudjiastuti Minta Jumlah yang Benar, Yang Meninggal Tak Kembali, Angka Tak  Mengobati Duka Kami

Susi Pudjiastuti minta jumlah yang benar korban Kanjuruhan. Susi Pudjiastuti komentari kerusuhan Arema. foto: dokumen/oganilir.co--

BACA JUGA:Manchester United Kalah Telak, Dihajar Manchester City 6-3, Erling Haaland dan Phil Foden Hattrick

“RS Saiful Anwar tadi sudah membantu identifikasi. Ada lebih dari 10 korban jiwa yang belum bisa teridentifikasi,” papar dia.

“Kalau ada keluarga yang mau lapor itu poskonya ada di depan Balai Kota Malang. Kontaknya 112, di BPPD Kota Malang,” lanjutnya.

Arema : Korban Jiwa 182 Orang

Korban jiwa akibat kerusuhan di stadion Kanjuruhan usai laga Arema vs Persebaya bertambah menjadi 182 orang hingga Minggu sore.

BACA JUGA:Tembakan Salvo Pemakaman Briptu Fajar Yoyok, Istri Cindy Novianti Terlihat Tegar Diciumnya Batu Nisan

Kabar itu disampaikan oleh Arema Indonesia melalui cuitan di akun twitter resmi @AremaFC.

“Data terkumpul korban jiwa mencapai 182 orang,” tulis Arema Indonesia, Minggu (2/10/2022).

“Kami masih terus membantu proses rekapitulasi dan verifikasi terutama korban tanpa identitas yang jumlahnya terus bertambah,” tulis Arema FC lagi.

Presiden Terima Laporan 129 Orang

BACA JUGA:Manchester United Kalah Telak, Dihajar Manchester City 6-3, Erling Haaland dan Phil Foden Hattrick

Melalui You Tube Sekretariat Presiden, Jokowi memberikan pernyataan soal Tragedi Kanjuruhan Malang dimana hingga Minggu siang 129 orang meninggal dan 180 orang dirawat di RS. “Saya menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya 129 orang, saudara-saudara kita di tragedi sepakbola di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur,” kata Jokowi di Youtube Setpres, Minggu (2/10).

Seperti diberitakan, jumlah korban tewas hingga ratusan, data terkini 182 suporter, telah menempatkan Tragedi Kanjuruhan Malang, Jawa Timur sebagai sejarah paling kelam sepakbola Indonesia dan terburuk kedua sepakbola dunia.

Tragedi berdarah terbesar pertama terjadi di Peru pada 24 Mei 1964. Ketika itu Estadion Nacional menggelar babak kualifikasi kedua antara Peru vs Argentina dalam kepentingan perhelatan Olimpiade Tokyo.

Kerusuhan menyebabkan 328 orang tewas karena sesak napas dan/atau pendarahan internal. Bahkan disebutkan kemungkinan jumlah korban tewas dalam peristiwa tersebut lebih banyak.

Sumber: pojoksatu