Walpri Kapolda Kaltara Tertembus Peluru Jarak Dekat

Pemakaman Brigpol Setyo Herlambang.--
Sementara itu, Kabid Humas Polda Kaltara Kombespol Budi Rachmat menyatakan, proses otopsi dipimpin oleh Kombespol Dr dr Sumy Hastry SpKF DFM. Diketahui terdapat luka tembak pada dada kiri yang menembus jantung, paru-paru, hingga punggung. ”Luka tembak keluar di punggung,” ujarnya.
BACA JUGA:Sosialisasi Pencegahan Karhutla, Kapolda Sumsel Gunakan Anggaran Kontijensi Direktif
Dia mengatakan, jarak tembak yang sangat dekat membuat terjadi pendarahan hebat dan peradangan pada kandung jantung. ”Luka tembak itu yang menjadi penyebab kematiannya,” ujarnya dalam keterangan tertulis Ahad 24 September 2023.
Dia menjelaskan, rekaman closed circuit television (CCTV) di rumah jabatan Kapolda Kaltara juga telah diamankan. Ditreskrimum, Bidpropam, dan Labfor akan menganalisis rekaman tersebut. ”Kami telah di-back up oleh Bareskrim,” terangnya.
Pada bagian lain, pengamat kepolisian ISESS Bambang Rukminto menuturkan, kelalaian saat membersihkan senjata dari pernyataan Kabidhumas Polda Kaltara itu cukup janggal. Pasalnya, Brigpol Herlambang adalah anggota Brimob dalam satuan Gegana. Apalagi, dia memiliki masa kerja minimal delapan tahun. ”Seharusnya sangat paham menggunakan dan mengamankan senjata,” tuturnya.
BACA JUGA:Kapolda Sumsel Copot 2 Kapolsek Usai Meledaknya Tempat Penyulingan Minyak Ilegal
Membersihkan dan mengamankan senjata api merupakan kemampuan dasar yang diberikan kepada personel. Sebelum akhirnya mendapatkan izin menggunakan senjata api. ”Prosedurnya sebelum membersihkan senjata api itu memastikan tidak ada peluru tertinggal,” paparnya.
Cara memastikan senjata tidak ada pelurunya dengan menembakkan ke atas udara beberapa kali. Prosedur semacam ini seharusnya menjadi kebiasaan bagi personel yang diberi izin membawa senjata api. ”Apalagi bagi anggota Brimob, prinsip kehati-hatian ini penting mencegah insiden,” jelasnya.
Bambang menyebut, perlu evaluasi menyeluruh terhadap sistem kontrol dan pengawasan penggunaan senjata api. Evaluasi dan peningkatan pembinaan mental personel juga diperlukan. ”Agar kasus tidak terulang,” urainya.
Sumber: