Tuna Daksa Bukan Halangan Bagi Aida Meraih Beasiswa S2 dan S3 LPDP di UGM

Tuna Daksa Bukan Halangan Bagi Aida Meraih Beasiswa S2 dan S3 LPDP di UGM

Ida Mujtahidah. --

oganilir.co - Keterbatasan fisik sama sekali tidak mematahkan semangat Ida Mujtahidah untuk menempuh pendidikan tinggi. Prestasi Aida, -panggilan Ida Mujtahidah- tak hanya mengesankan, tetapi juga menggetarkan.

Di tengah keterbatasan fisik sebagai penyandang tuna daksa, ia berhasil dua kali lolos beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Pada November 2024, Aida dinyatakan lulus sebagai mahasiswa tercepat jenjang S2 di angkatannya pada Program Studi Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dia menyelesaikan studi dengan predikat cumlaude, sekaligus menorehkan prestasi lain, tesisnya dinobatkan sebagai yang terbaik di tingkat program studi. Semua pencapaian itu diraih bukan dalam kondisi yang mudah. Namun bagi Aida, keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk terus melangkah dan berkarya.

BACA JUGA:Kemendikdasmen Berikan Beasiswa Kepada 150 Guru yang Belum S1

Tumbuh di Lingkungan Edukasi

Mengutip Media Keuangan Kementerian Keuangan, Aida lahir dan besar di Jombang, Jawa Timur, dalam lingkungan keluarga yang lekat dengan dunia pendidikan dan pesantren. Kedua orangtuanya mengelola sebuah yayasan pondok pesantren. Ayahnya berprofesi sebagai dosen perguruan tinggi, sementara sang ibu adalah seorang guru. Atmosfer keluarga yang sarat nilai keilmuan membuat Aida tumbuh akrab dengan buku, diskusi, dan tradisi intelektual sejak usia dini.

Perpustakaan keluarga menjadi ruang favoritnya. Di sanalah ia menghabiskan waktu membaca buku sejarah, pengetahuan umum, hingga tafsir dan kajian keislaman khas pesantren.

Di sisi lain, berbagai upaya medis telah dilakukan untuk mengetahui penyebab kondisi fisiknya. Namun, tak satu pun diagnosis memberikan kepastian karena setiap dokter menyampaikan penafsiran yang berbeda.

BACA JUGA:Swedish Institute Berikan Beasiswa untuk Profesional Indonesia, Tunjangan Hidup Mencapai Rp21 Juta

Alih-alih larut dalam ketidakpastian, Aida memilih menerima kondisinya dan memusatkan energi pada hal-hal yang bisa ia lakukan, belajar dan berkarya.

Keluarga memberikan perhatian penuh, termasuk dengan selalu menugaskan “mbak ndalem” untuk mendampinginya dalam berbagai aktivitas. Namun, ketika menempuh studi S1 di Universitas Slamet Riyadi, juga di jurusan Hubungan Internasional, Aida mengambil keputusan penting, yaitu belajar hidup lebih mandiri.

“Sekarang alhamdulillah ke mana-mana sendiri. Terbang ke Bali sendiri sudah tidak masalah. Keliling Jawa juga sudah bisa,” katanya sambil tertawa kecil.

BACA JUGA:LPDP Berikan Beasiswa S2 Bidang Saintek dan Hukum ke Spanyol, ini Syaratnya

Dua Kali Lolos LPDP

Kesungguhan itu berbuah hasil. Pada 2022, saat hendak melanjutkan studi S2, Aida lolos beasiswa LPDP hanya dalam satu kali percobaan.

Sumber: