Maraknya Kasus Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa, Psikolog Ungkap Alasannya

Maraknya Kasus Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa, Psikolog Ungkap Alasannya

Ilustrasi, foto: istimewa--

Maraknya Kasus Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa, Psikolog Ungkap Alasannya

 

oganilir.co - Publik sedang dihebohkan dengan kasus NJW (20) mahasiswa Semarang yang bunuh diri dengan terjun dari Mal Paragon.

Tak lama hari ini juga dikabarkan ada lagi mahasiswa yang bunuh di Semarang. Korban diketahui berstatus sebagai mahasiswi aktif Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang yang memilih mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Pasalnya, ditemukan secarik pesan perpisahan di sampingnya.

Mahasiswi tersebut diketahui berinisial EN (24) asal Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Korban ditemukan dalam posisi terlentang mengenakan kaus hijau dan celana pendek hitam di tempat tidurnya.

Dengan adanya kasus bunuh diri 2 mahasiswa yang ada di Semarang, pakar psikologi Universitas Airlangga Atika Dian Ariana MSc MPsi menjelaskan bahwa terdapat penyebab biologis dan psikologis yang melatarbelakangi seseorang melakukan bunuh diri.

BACA JUGA:Sebelum Bunuh Diri, Mahasiswi Udinus Semarang Tulis Pesan di Kertas

Menurutnya secara biologis, seseorang yang ingin mengakhiri hidupnya memiliki fisik yang lemak seperti ada penyakit jantung dan hormonal. Sedangkan secara psikologis korban bisa jadi mempunyai kerapuhan menganggap diri mereka tidak berarti.

"Misalnya seperti putus dengan kekasih atau merasa ditolak sebuah kelompok mungkin bisa membuat seseorang merasa frustasi," ucap Atika dikutip dari laman Unair, Kamis 12 Oktober 2023.

Faktor pertemanan di kalangan mahasiswa sangat riskan. Faktor pertemanan berpengaruh untuk keberlangsungan akademik hingga proses pendewasaan.

Perasaan yang gagal dalam membangun segala hal dapat memicu ketidakberdayaan, merasa kesepian dan meningkatkan risiko depresi pada mahasiswa.

BACA JUGA:Mind Map: Pengertian, Manfaat dan Cara Membuatnya, Pelajar-Mahasiswa Wajib Tahu

"Teman bukan hanya diperlukan untuk keperluan akademis, melainkan juga untuk memenuhi tugas perkembangan mereka di tahapan usia remaja ke dewasa awal yang seharusnya membangun relasi sosial dan interpersonal yang intim," jelasnya.

Kecenderungan orang yang depresi sulit terbaca, orang-orang yang disekitar harus peka sama orang yang disayangi. Karena itu langkah awal pencegahan dan penanganan.

Sumber: