Banyak Versi Cerita Rakyat Si Pahit Lidah, dari Cerita Kedigdayaan Sampai Cerita Berakhir Bahagia dan Duka

Rabu 21-12-2022,10:07 WIB
Editor : Julheri

 

Lalu keduanya melakukan undian dengan aturan yang telah mereka sepakati. 

Akhirnya  Si Mata Empat mendapat giliran pertama. Sesuai namanya, Si Mata Empat juga memiliki dua mata lain, yakni di belakang kepalanya.

Dengan secepat kilat Si Pahit Lidah lalu memanjat pohon aren yang ada di tepi danau tersebut.

”Hei Mata Empat yang sombong terimalah ini, selamat tinggal untuk selama-lamanya.” ucap Pahit Lidah kepada Mata Empat.

 

Dengan tenangnya Si Mata Empat menelungkup di bawah pohon. Cring…byar…buah aren berhasil di potong dan di jatuhkan oleh Si Pahit Lidah.

Tentu saja Si Mata Empat bisa melihat arah jatuhnya buah aren tersebut. mata di kepala mata empat bisa melihat ketika bunga aren jatuh meluncur ke ke arah Mata Empat. Dengan mudahnya Si Mata Empat bisa menghindar dari runtuhan buah aren tersebut.

”Ha..ha..ha..ha..apakah hanya itu saja kemampuanmu hai Pahit Lidah” dengan sombong Mata empat mengejek Si Pahit Lidah yang ada di atas pohon.

 

”Kurang ajar, ternyata kau belum mati juga” dengan kesal Si Pahit Lidah memotong buah aren yang lebih besar. Tapi Si Mata Empat dapat menghindar lagi dari jatuhan buah aren tersebut.

”Wahai Pahit Lidah saya kasih kesempatan sekali lagi untuk menunjukkan kemampuanmu” ujar Mata Empat dengan sombongnya. 

Dengan perasaan hampir putus asa, Pahit Lidah memotong buah aren yang lebih besar dari yang kedua. Tapi dengan kemampuan yang dimilikinya, Mata Empat bisa menghindar untuk ketiga kalinya dari jatuhan buah aren tersebut.

Dengan perasaan kecewa Si Pahit Lidah turun dari pohon aren tersebut. Kini giliran Si Pahit Lidah untuk manjat pohon aren. Dengan secepat kilat juga Si Mata Empat memanjat dan Si Pahit Lidah sudah menelungkupkan badannya di bawah rumpun pohon itu.

”Pahit lidah apakah kau sudah siap dengan kematianmu?”tanya Si Mata Empat kepada Si Pahit Lidah.

 

Kategori :