Banyak Versi Cerita Rakyat Si Pahit Lidah, dari Cerita Kedigdayaan Sampai Cerita Berakhir Bahagia dan Duka

Rabu 21-12-2022,10:07 WIB
Editor : Julheri

“Kesaktian apakah itu, wahai Sang Hyang Mahameru?” tanya Pangeran itu penasaran,

“Apa pun yang engkau ucapkan akan berubah menjadi kutukan,” jawab Sang Hyang Mahameru.

 

Dengan perasaan gembira, Pangeran Serunting segera pulang ke kampung asalnya, Dalam perjalanan pulang, terbersit di pikirannya untuk menjajal kesaktian yang baru diperolehnya itu. 

Saat menjumpai hamparan pohon tebu di tepi danau, ia berkata: “Jadilah batu, wahai pohon tebu!”serunya.

Berkat kesaktian lidahnya, hamparan pohon tebu itu langsung berubah menjadi batu. 

Oleh karena itulah, Pangeran Serunting dijuluki Si Pahit Lidah karena kesaktian lidahnya itu. 

 

Selanjutnya, Si Pahit Lidah mendapati sebuah bukit yang gersang dan tandus bernama Bukit Serut. Ia kemudian mengubah bukit gersang itu menjadi hutan belantara. 

Ketika tiba di suatu desa. Si Pahit Lidah memenuhi keinginan sepasang suami istri yang sudah tua untuk memiliki anak. 

Dengan kesaktian lidahnya, ia mengubah sehelai rambut milik si nenek menjadi seorang bayi laki-laki.

Begitulah seterusnya, di sisa perjalanannya menuju Sumidang, Si Pahit Lidah terus belajar berbuat baik kepada sesama makhluk hidup.

 

Setiba di kampung halamannya, rasa dendamnya kepada Aria Tebing pun hilang sudah seiring dengan perbuatan baiknya di sepanjang perjalanan, Ia pun meminta maaf kepada adik iparnya itu, juga kepada istri tercintanya.

Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat adalah dua jawara gagah berani yang menjadi legenda terkenal bagi masyarakat Banding Agung. 

Mereka amat disegani lawan-lawannya. Baik Si Pahit Lidah maupun Si Mata Empat, keduanya merasa paling hebat di antara keduanya.

Kategori :