Banyak Versi Cerita Rakyat Si Pahit Lidah, dari Cerita Kedigdayaan Sampai Cerita Berakhir Bahagia dan Duka

Rabu 21-12-2022,10:07 WIB
Editor : Julheri

 

Suatu hari, Serunting mendatangi Aria Tebing yang sedang memetik jamur emas di ladangnya. Ia sudah tidak kuat menahan perasaan iri yang menyelimuti hatinya.

“Hai, Aria Tebing! Apa yang kau lakukan terhadap tanaman cendawanku?” tanya Pangeran Serunting.

“Apa maksud, Kanda? Aku tidak melakukan apa-apa terhadap cendawan Kanda,” jawab Aria Tebing dengan heran.

“Ah, bohong kamu! Pasti kamu telah berbuat curang kepadaku,” tuduh Pangeran Serunting, “Engkau telah membalik kayu pembatas itu sehingga cendawan emas itu mengarah ke ladangmu!”

 

Aria Tebing semakin bingung dengan tuduhan yang ditujukan kepadanya. Ia merasa tidak pernah membalik kayu pembatas itu. 

Cendawan emas itu tumbuh dengan sendirinya, Meskipun ia sudah meminta maaf dan menjelaskan keadaan yang sebenarnya, Pangeran Serunting tidak mau terima, Bahkan, ia menantang Aria Tebing untuk berkelahi.

“Hai, Aria Tebing. Kamu tidak usah banyak alasan. Jika kamu berani, lawan aku! Aku menantangmu!” tantang Pangeran Serunting.

Aria Tebing bingung untuk menjawab tantangan itu. Ia menyadari bahwa dirinya akan mungkin mampu menghadapi kakak iparnya sakti mandraguna itu. 

 

Tapi, jika ia menolak tantangan itu, Pangeran Serunting pasti akan membunuhnya.

“Baiklah, Kanda. Aku akan terima tantangan Kanda, tapi berilah aku waktu 2 hari untuk berpikir!” pinta Aria Tebing.

“Baik, kalau itu maumu. Jika perlu, latihlah kemampuanmu sebelum waktu itu tiba!” seru Pangeran Serunting dengan nada melecehkan.

Sejak itu, Aria Tebing sulit memejamkan matanya. Ia bingung mencari cara agar bisa mengalahkan Pangeran Serunting. Sehari sebelum pertarungan itu dimulai, ia akhirnya menemukan jalan keluarnya.

 

Kategori :