Banyak Versi Cerita Rakyat Si Pahit Lidah, dari Cerita Kedigdayaan Sampai Cerita Berakhir Bahagia dan Duka

Banyak Versi Cerita Rakyat Si Pahit Lidah, dari Cerita Kedigdayaan Sampai Cerita Berakhir Bahagia dan Duka

Banyak versi cerita rakyat si pahit lidah, dari cerita kedigdayaan sampai cerita berakhir bahagia dan duka. foto: ilustrasi/oganilir.co--

Tentu saja Si Mata Empat bisa melihat arah jatuhnya buah aren tersebut. mata di kepala mata empat bisa melihat ketika bunga aren jatuh meluncur ke ke arah Mata Empat. Dengan mudahnya Si Mata Empat bisa menghindar dari runtuhan buah aren tersebut.

”Ha..ha..ha..ha..apakah hanya itu saja kemampuanmu hai Pahit Lidah” dengan sombong Mata empat mengejek Si Pahit Lidah yang ada di atas pohon.

 

”Kurang ajar, ternyata kau belum mati juga” dengan kesal Si Pahit Lidah memotong buah aren yang lebih besar. Tapi Si Mata Empat dapat menghindar lagi dari jatuhan buah aren tersebut.

”Wahai Pahit Lidah saya kasih kesempatan sekali lagi untuk menunjukkan kemampuanmu” ujar Mata Empat dengan sombongnya. 

Dengan perasaan hampir putus asa, Pahit Lidah memotong buah aren yang lebih besar dari yang kedua. Tapi dengan kemampuan yang dimilikinya, Mata Empat bisa menghindar untuk ketiga kalinya dari jatuhan buah aren tersebut.

Dengan perasaan kecewa Si Pahit Lidah turun dari pohon aren tersebut. Kini giliran Si Pahit Lidah untuk manjat pohon aren. Dengan secepat kilat juga Si Mata Empat memanjat dan Si Pahit Lidah sudah menelungkupkan badannya di bawah rumpun pohon itu.

”Pahit lidah apakah kau sudah siap dengan kematianmu?”tanya Si Mata Empat kepada Si Pahit Lidah.

 

”Jangan banyak oceh kau. Cepat potong buahnya!”jawab Pahit Lidah.

Si Mata Empat pun memotong buah aren tersebut. Clazzz…gugusan buah are itu meluncur deras ke bawah.

Si Pahit Lidah tak bisa mengetahui hal itu. Badannya tetap berada persis di bawah luncuran itu. Ia tak menghindar.

”Akhhhh…” Pahit Lidah berteriak kesakitan sejadi-jadinya. Buah aren yang besar dan berat tersebut mengenai tubuh Si Pahit Lidah. Tubuhnya bersimbah darah dan ia tewas seketika secara mengenaskan.

”Ha..ha..ha..ternyata kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kesaktianku.” 

Si Mata Empat senang, dan merasa puas. Ia bisa membuktikan pada semua orang, dirinyalah yang lebih sakti dari Si Pahit Lidah.

Sumber: