Banyak Versi Cerita Rakyat Si Pahit Lidah, dari Cerita Kedigdayaan Sampai Cerita Berakhir Bahagia dan Duka
Banyak versi cerita rakyat si pahit lidah, dari cerita kedigdayaan sampai cerita berakhir bahagia dan duka. foto: ilustrasi/oganilir.co--
Di Desa Tanjung Telang sendiri terdapat sebuah situs megalitik yang berada di lingkungan sekolah SMP Merapi Barat, Kabupaten Lahat.
Menurut penuturan Pak Idriansyah, cerita dari orang tua tentang arca di Tanjung Telang.
Nama arca itu dikenal sebagai Batu Puteri, kalau istilah kami sehari-hari “Batu Beteri”. Batu Puteri ini merupakan adik dari Si Pahit Lidah. Pada waktu dahulu, kebiasaan masyarakat menjemur padi di daerah ini dilakukan di pinggir kampung.
Tidak boleh menjemur padi dilakukan ditengah-tengah kampung. Daerah kita berada di dataran yang tinggi, antara kampung dengan tempat menjemur padi dipisahkan oleh sungai.
Pada saat si Puteri ini sedang menjemur padi, Si Pahit Lidah sedang berada di rumah.
Karena Si Putri telah begitu lama pergi menjemur padi dan hari pun telah menjelang magrib.
Si Pahit Lidah tanpa ia sadari telah berucap, “kemanalah adikku ini, apa sudah menjadi batu”.
Di luar sepengetahuan Si Pahit Lidah. Apa yang telah diucapkannya telah menjadi nyata, dimana sang adik telah berubah menjadi batu.
Setelah lama menunggu adiknya yang belum juga pulang ke rumah. Tanpa berpikir panjang Si Pahit Lidah keluar rumah dan menuju lokasi adiknya menjemur padi.
Setelah sampai di lokasi yang dimaksud, Si Pahit Lidah memangil-mangil sang adik tetapi tiada sahutan jawaban. Setelah berusaha mencari, Si Pahit Lidah pun menemukan sang Adik yang telah berubah menjadi batu.
Dahulu, di daerah Sumidang, Sumatera Selatan, ada seorang pangeran bernama Serunting. Ia adalah anak keturunan raksasa yang namanya Putri Tenggang.
Sumber: