Stunting di Sumatera Selatan Turun Signifikan, Ternyata Bukan Hanya Soal Gizi, Sebab Lainnya Adalah Pola Hidup

Stunting di Sumatera Selatan Turun Signifikan, Ternyata Bukan Hanya Soal Gizi, Sebab Lainnya Adalah Pola Hidup

Stunting di Sumatera Selatan turun signifikan. foto: ilustrasi/oganilir.co.--

BACA JUGA:Lumbung Batubara Tapi Merapi Barat Angka Stuntingnya Tertinggi di Kabupaten Lahat 

Kepala Dinkes Sumsel, dr H Trisnawarman MKes SpKKLP, mengatakan, pihaknya melakukan intervensi spesifik dan sensitif dalam percepatan penurunan stunting di Sumsel.  

Diantaanya, sasaran kelompok remaja, ibu hamil, melahirkan, bayi 1000 hari kehidupan, dan anak di bawah 2 tahun. 

Masa ibu hamil, diberikan makanan tambahan. Bayi 1000 hari kehidupan, harus ASI ekslusif.

“Jika anak sudah 2 tahun lebih, sudah permanen stunting-nya. Agak susah pengobatannya. Dari remaja, sudah harus tahu apa itu stunting, alat reproduksi sehingga bisa mempersiapkan diri,” ujar dr Tris.

BACA JUGA:Kuatkan Sinergi, FKPPS Targetkan Kota Palembang Zero Stunting pada 2023

BACA JUGA:Lumbung Batubara Tapi Merapi Barat Angka Stuntingnya Tertinggi di Kabupaten Lahat 

Diakui dr Tris, sebelumnya memang banyak temuan kasus, masyarakat malu ketika anaknya kecil (pendek). Namun, itu belum tentu stunting. 

“Sekarang, mereka sendiri yang ingin periksanan anaknya. Stunting atau tidak,” katanya.

Stigma stunting diderita orang miskin tidak juga sepenuhnya benar. Kata dr Tris, orang kaya juga bisa anaknya berisiko stunting. 

Misal dia hanya suka satu jenis makanan tertentu saja. Untuk itu, dalam satu piring itu paling tidak ada empat lauk. 

BACA JUGA:Kuatkan Sinergi, FKPPS Targetkan Kota Palembang Zero Stunting pada 2023

BACA JUGA:Lumbung Batubara Tapi Merapi Barat Angka Stuntingnya Tertinggi di Kabupaten Lahat 

Nasi, lauk, sayuran-sayuran, buah. Sehingga terlengkapi gizinya mulai dari protesin, karbohidrat, lemak, vitamin, serta mineral.

Masyarakat miskin yang kena stunting, bisa saja akibat kurang gizi karena faktor eknomi. 

Sumber: