Stunting di Sumatera Selatan Turun Signifikan, Ternyata Bukan Hanya Soal Gizi, Sebab Lainnya Adalah Pola Hidup

Stunting di Sumatera Selatan Turun Signifikan, Ternyata Bukan Hanya Soal Gizi, Sebab Lainnya Adalah Pola Hidup

Stunting di Sumatera Selatan turun signifikan. foto: ilustrasi/oganilir.co.--

BACA JUGA:Lumbung Batubara Tapi Merapi Barat Angka Stuntingnya Tertinggi di Kabupaten Lahat 

Penurunan angka stunting di OKI juga terbilang luar biasa. Dari 32,2 persen pada 2021 tersisa 15,2 persen. Turun 17,1 persen berdasar hasil SSGI 2022.

“Angka ini tidak lagi menempatkan OKI sebagai daerah dengan kasus stunting tinggi di Sumsel.Penanganan stunting dilakukan dari hulu ke hilir secara konvergensi dan sektoral membuahkan hasil maksimal,” terang Kepala DPPKB OKI,  Lubis SKM MKes.

Pemkab OKI mengerahkan 1.806 tim pendamping keluarga yang bertugas mendampingi 4.200 rukun tetangga (RT) di 327 desa dan kelurahan.  

Lalu bekerja sama dengan Kemenag OKI, gagas program Canting Kencana. 

BACA JUGA:Kuatkan Sinergi, FKPPS Targetkan Kota Palembang Zero Stunting pada 2023

BACA JUGA:Lumbung Batubara Tapi Merapi Barat Angka Stuntingnya Tertinggi di Kabupaten Lahat 

“Ini pendampingan bagi calon pengantin. 3 bulan sebelum menikah harus diperiksa kesehatannya dulu,” jelasnya.

Jika calon ibu anemia dan kurang gizi kronis, diimbau untuk menunda kehamilan. 

“Kami iptimis target 14 persen yang dicanangkan pusat bisa tercapai di OKI,” tukas Lubis.  

Angka stunting di Kabupaten Mura masih yang tertinggi di Sumsel dengan prevalensi 25,4 persen.  

BACA JUGA:Kuatkan Sinergi, FKPPS Targetkan Kota Palembang Zero Stunting pada 2023

BACA JUGA:Lumbung Batubara Tapi Merapi Barat Angka Stuntingnya Tertinggi di Kabupaten Lahat 

“Penurunan stunting dari 2021 ke 2022 hanya 3 persen,” ujar Ketua TP PKK Mura, Riza Novanto Gustam.

Kepala DPPKB OKU, Nanang Nurzaman SIP MSi mengungkapkan, anak stunting tidak selalu dari keluarga miskin. 

Sumber: